Minggu, 29 Januari 2023

Pemetaan Kebutuhan Belajar Anak: Solusi Pembelajaran Berpihak Pada Murid

 Dalam memenuhi kebutuhan belajar murid, salah satunya yaitu dengan memetakan kebutuhan belajar murid. 

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Kesiapan belajar (readiness) murid

2. Minat murid

3. Profil belajar murid

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Mari kita bahas satu persatu ketiga aspek tersebut.

1. KESIAPAN BELAJAR (READINESS)

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?

Bayangkanlah situasi berikut ini:

Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Nur ingin mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di kelasnya. Gambar 6 Pembelajaran Bahasa Indonesia

- Kelompok A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.

- Kelompok B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar, namun kosakatanya masih terbatas.

- Kelompok C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis dengan struktur yang benar dan kosakatanya pun terbatas.

Apa yang dilakukan oleh Bu Nur di atas adalah memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar.

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut.

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita hanya akan mencoba membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson (Tomlinson, 2001).

A. Bersifat mendasar - Bersifat transformatif

Saat sebagian murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, atau jika ide itu bukan di salah satu bidang yang dikuasai oleh murid, mereka sering membutuhkan informasi pendukung yang lebih jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk memahami ide tersebut. Mereka akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide secara langsung. Jika murid berada dalam tingkatan ini, maka bahan-bahan materi yang mereka gunakan dan tugas-tugas yang mereka lakukan harus bersifat mendasar dan disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Di lain waktu, ketika murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka pahami atau berada di area yang menjadi kekuatan mereka, maka dibutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.

B. Konkret - Abstrak.

Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.

C. Sederhana - Kompleks.

Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu; yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi.

D. Terstruktur - Open Ended

Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain, murid siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.

E. Tergantung (dependent) - Mandiri (Independent)

Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.

F. Lambat - Cepat

Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari sebuah topik.


Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun tujuan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013).

2. MINAT MURID

Kita tahu bahwa seperti juga kita orang dewasa, murid juga memiliki minat sendiri. Ada murid yang minatnya sangat besar dalam bidang seni, matematika, sains, drama, memasak, dsb. Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Tomlinson (2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:
• Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;
• Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;
• Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;
• Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.
Sepanjang tahun, murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk "menghubungkan" murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.

Beberapa ide yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan minat diantaranya misalnya:
• Meminta murid untuk memilih apakah mereka ingin mendemonstrasikan pemahaman dengan menulis lagu, melakukan pertunjukan atau menari atau bentuk lain sesuai minat mereka.
• Menggunakan teknik Jigsaw dan pembelajaran kooperatif.
• Menggunakan strategi investigasi kelompok berdasarkan minat.
• Membuat kegiatan “sehari di tempat kerja”. Murid diminta mempelajari bagaimana sebuah keterampilan tertentu diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Mereka boleh memilih profesi yang sesuai minat mereka.
• Membuat model.

3. PROFIL BELAJAR MURID

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dll.
Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri. Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:
• Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.
• Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.
• Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).
• Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).
• Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).
Berdasarkan pemaparan mengenai ketiga aspek dalam mengkategorikan kebutuhan belajar murid, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan belajar murid.
Sumber : Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Dari paparan di atas kita dapat merencanakan pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan pemetaan kebutuhan belajar murid yang sudah kita lakukan sebelumnya. 

Contoh RPP Berdiferensiasi dengan pemetaan kebutuhan belajar murid dapat dilihat di bawah ini

 
Semoga bermanfaat

Pembelajaran Berdiferensiasi Memerdekakan Belajar Anak

 

Pembelajaran Berdiferensiasi Memerdekakan Belajar Anak - “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.” (Ki Hajar Dewantara)

Setiap harinya, tanpa disadari, guru dihadapkan oleh keberagaman yang banyak sekali bentuknya. Mereka secara terus menerus menghadapi tantangan yang beragam dan kerap kali harus melakukan dan memutuskan banyak hal dalam satu waktu. Keterampilan ini banyak yang tidak disadari oleh para guru, karena begitu naturalnya hal ini terjadi di kelas dan betapa terbiasanya guru menghadapi tantangan ini. Berbagai usaha mereka lakukan yang tentu saja tujuannya adalah untuk memastikan setiap murid di kelas mereka sukses dalam proses pembelajarannya. 

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, dimana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan. Lalu seperti apa sebenarnya pembelajaran berdiferensiasi?

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.

3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Memetakan Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.

Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Kesiapan belajar (readiness) murid

2. Minat murid

3. Profil belajar murid

Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).

Sumber : Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid melalui Pembelajaran Berdiferensiasi. Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 4. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Contoh pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi dapat dilihat pada video berikut


GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SMP NEGERI 7 PATI

 


SMP Negeri 7 Pati memiliki Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) yang handal dan profesional. Hal ini sangat menunjang iklim pembelajaran di SMP Negeri 7 Pati. Adapun guru-guru dan tenaga kependidikan di SMP Negeri 7 Pati dapat dilihat pada tayangan slide berikut



GTK SMP N 7 Pati 22-23 oleh Uswatul Muzayanah

PROFIL SMP NEGERI 7 PATI


Profil SMP Negeri 7 Pati - SMP Negeri 7 Pati berlokasi di desa Mulyoharjo, Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Lokasi sekolah ini sangat strategis berada di antara pertemuan beberapa desa di kecamatan Pati dan Kecamatan Wedarijaksa. Jarak dari jalan raya Pati - Tayu hanya sekitar 400m dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau bersepeda, sepeda motor, ataupun kendaraan roda empat. 

Lingkungan sekolah yang nyaman, bersih, asri, dan hijau membuat sekolah ini sangat baik untuk tempat belajar. Fasilitas yang dimiliki sekolah ini juga sangat lengkap diantaranya memiliki ruang laboratorium Biolobi dan Lab Fisika dengan peralatan eksperimen yang lengkap, Perpustakaan dengan koleksi buku bacaan yang memadai, 4 ruang lab komputer lengkap dengan perangkat komputer terkini, sarana olahraga berupa lapangan indoor dan outdoor, ruang musik, ruang UKS yang nyaman, kantin sehat, koperasi siswa, ruang keterampilan, ruang guru yang sangat luas, ruang TU yang representatif, dan masih banyak lagi fasilitas dan sarana yang dimiliki SMP Negeri 7 Pati. 

Ruang kelas yang dimiliki SMP Negeri 7 Pati sejumlah 24 ruang kelas  mampu menampung siswa sebanyak 8 ruang untuk masing-masing jenjang kelas 7,8 dan 9. Masing-masing kelas mampu menampung 32-33 siswa. Ruang-ruang kelas ini juga dilengkapi dengan LCD dan kipas angin agar siswa yang belajar di kelas dapat merasa nyaman dan lebih mudah mengikuti pembelajaran. 

Profil SMP Negeri 7 Pati sesuai dengan data pokok pendidikan (DAPODIK) dapat dilihat pada link berikut

Berikut adalah sekilas gambar lingkungan SMP Negeri 7 Pati 

SMP Negeri 7 Pati Tampak Depan oleh Uswatul Muzayanah

Sabtu, 28 Januari 2023

Projek Suara Demokrasi

 


A.    DESKRIPSI SINGKAT PROYEK

Projek penguatan Profil Pelajar Pancasila ini mengambil tema Suara Demokrasi dengan topik spesifik projek “Demokrasi di Lingkunganku!”. 

Proyek ini dimulai dengan tahap pengenalan, murid diajak mengenali dan menggali lebih dalam tentang pentingnya partisipasi tiap individu dalam kelompok, mulai dari kelompok kecil hingga dalam konteks masyarakat luas. Peserta didik diajak juga lebih peka melihat kesenjangan dan ketidaksetaraan yang terjadi di lingkungannya, serta mengenalkan peran anak muda dalam proses demokrasi. 

Setelah tahap pengenalan, murid masuk dalam tahap kontekstualisasi dengan melakukan riset terpadu dan mandiri, serta melihat konteks kemajuan teknologi dalam proses pelaksanaan demokrasi di kehidupan nyata. Selama proses projek ini berjalan, murid tidak hanya membentuk pengetahuan, namun juga membangun kesadaran dan melakukan penyelidikan secara kritis sehingga pada akhirnya dapat merencanakan solusi aksi dari situasi yang telah mereka ketahui dan pahami. 

Di tahap terakhir yaitu Aksi, murid menuangkan aksi nyata mereka dengan membuat simulasi sistem pemungutan suara sehingga diharapkan dapat menjadi pemicu dari terealisasinya ekspresi diri mereka dalam mengikuti proses pemungutan suara dalam Pilkada dan Pemilu. 

Melalui projek ini, murid diharapkan telah mengembangkan secara spesifik dua dimensi Profil Pelajar Pancasila, yakni Berkebhinekaan Global dan Bernalar Kritis beserta sub-elemen terkait yang dijabarkan secara detail pada dokumen ini.

B.    Dimensi, Elemen & Sub-Elemen dari Profil Pelajar Pancasila

1.      Berkebinekaan Global         

a.       Elemen: Refleksi dan bertanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan

Sub-elemen 1: Menyelaraskan perbedaan budaya

b.      Elemen: Berkeadilan Sosial

Sub-elemen 2 : Berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bersama

c.       Elemen : Berkeadilan Sosial

Sub-elemen 3 : Memahami peran individu dalam demokrasi

2.      Bernalar Kritis

a.       Elemen: Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan

Sub Elemen 1: Mengidentifikasi, mengklarifikasi, dan mengolah informasi dan gagasan

b.      Elemen: Menganalisis dan mengevaluasi penalaran dan prosedurnya

Sub-elemen  Mengevaluasi dan menganalisa penalaran sebelum mengambil suatu keputusan atau kesimpulan

c.       Elemen: Refleksi pemikiran dan proses berpikir

Sub-elemen 3 : Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri

 C.     Pemahaman Utama

1.   Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka baik secara langsung atau melalui perwakilan.

2. Demokrasi Pancasila bertujuan untuk mengutamakan keselarasan, keseimbangan, dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

3.   Hak untuk mengeluarkan pendapat harus dilakukan dengan mengindahkan norma sosial dan hukum yang berlaku.

4.  Hak berpendapat selalu diiringi dengan kewajiban menghargai pendapat orang lain, karena pada dasarnya setiap kebebasan yang dimiliki selalu dibatasi oleh hak dan kebebasan orang lain

5.   Terdapat aturan atau etika yang harus dipatuhi saat kita menjalankan hak berdemokrasi atau berpendapat baik secara virtual maupun di dunia nyata.

 D.    Pertanyaan Pemantik

Dalam projek penguatan profil pelajar pancasila yang pertama ini menyajikan dua pertanyaan pemantik pada awal penentuan subtopik dan pada akhir evaluasi refleksi berakhirnya projek.

Pertanyaan Pemantik Pada Awal 

1.      Apa yang kamu pikirkan jika mendengar tentang demokrasi?

2.      Kegiatan apa saja di lingkungan sekitarmu yang menerapkan prinsip demokrasi

3.      Permasalahan apa yang pernah kamu jumpai dalam pelaksanaan demokrasi?

4.      Kontribusi apa yang pernah kalian lakukan dalam pelaksanaan demokrasi?

Pertanyaan Pemantik Pada Akhir

Pertanyaan pemantik yang dapat ditanyakan pada akhir projek adalah:

1.      Hal apa yang paling berkesan dalam pelaksanaan proyek suara demokrasi?

2.      Hal apa yang paling menantang sepanjang projek? 

3.      Kendala apa saja yang kalian temui saat melakukan aksi nyata suara demokrasi?

4.      Hal baru apa yang kalian dapatkan setelah melaksanakan proyek dan aksi nyata?

5.      Apa saja perubahan cara berpikir dan perilaku yang dialami setelah melaksanakan proyek?


Modul selengkapnya tentang Projek Suara Demokrasi di SMP Negeri 7 Pati dapat dilihat pada modul berikut:





Anda juga bisa mendownload modul ajar Proyek Suara Demokrasi pada link berikut



Video Pelaksanaan dapat dilihat pada video berikut:

Jumat, 27 Januari 2023

Visi Misi dan Tujuan SMP Negeri 7 Pati


A. VISI SEKOLAH

Terwujudnya Peserta Didik Yang Berpengetahuan, Berketerampilan, Beriman, Dan Berbudi Pekerti Luhur, Serta Peduli Lingkungan Hidup

 B. MISI SEKOLAH

  1. Mengoptimalkan pembelajaran dan pembimbingan secara komprehensif dalam mencapai mutu pendidikan;
  2. Mengembangkan potensi diri berdasarkan bakat, minat dan potensi peserta didik agar memiliki kecakapan hidup;
  3. Menumbuhkembangkan keimanan dan ketakwaan melalui pengamalan pendidikan agama;
  4. Membudayakan tutur kata, sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, baik di lingkungan dalam maupun luar sekolah;
  5. Mewujudkan sekolah yang aman, sehat, menyenangkan, dan ramah anak;
  6. Melestarikan lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
  7. Meningkatkan kesadaran peserta didik dalam upaya mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

C. TUJUAN SEKOLAH

  1. Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik;
  2. Terwujudnya tingkat sekolah yang berwawasan lingkungan;
  3. Terlaksananya penilaian kinerja guru dan pengembangan keprofesian berkelanjutan;
  4. Terwujudnya kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan berwawasan teknologi informasi;
  5. Terwujudnya sarana dan prasarana sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dan berwawasan lingkungan;
  6. Terwujudnya manajemen berbasis sekolah yang akuntabilitas dan kredibilitas;
  7. Terwujudnya monitoring dan evaluasi secara periodik/ berkelanjutan;
  8. Terwujudnya sumber pembiayaan pendidikan sesuai Standar Nasional Pendidikan;
  9. Terwujudnya pengembangan pendidikan karakter dan berbudaya lingkungan;
  10. Membekali peserta didik peduli lingkungan dalam melestarikan lingkungan secara berkelanjutan;
  11. Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian atau mencegah polusi dan pencemaran lingkungan;